KONSEP SEHAT
Konsep sehat menurut masyarakat awam mendefinisikan sehat sebagai
keadaan yang enak, nyaman dan bahagia. Dan dapat melakukan pekerjaan
sehari – hari dalam kondisi yang prima. Sedangkan sakit di
definisikan sebagai keadaan tubuh yang mengalami gangguan fisik sehingga
timbul rasa dan perasaan yang tidak mengenakan , tidak nyaman dan tidak
bisa melakukan pekerjaan sehari- hari .Konsep sehat sakit ini mengakar
pada masyarakat luas dan berlaku bagi berbagai kalangan (pria dan
wanita), dewasa dan anak-anak.
Berikut pengertian sehat lainnya, yaitu :
- Menurut Parkins (1938). Sehat adalah suatu keadaan seimbang yang
dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusaha
mempengaruhinya.
- Menurut White (1977).
Sehat adalah suatu keadaan di mana seseorang pada waktu diperiksa tidak
mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan
kelainan.
- Menurut Pepkin’s.
Sehat adalah suatu keadaan keseimbangan yang dinamis antara bentuk tubuh
dan fungsi yang dapat mengadakan penyesuaian, sehingga dapat mengatasi
gangguan dari luar.
- Menurut WHO. Sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
- Menurut Pender (1982). Sehat adalah perwujudan individu yang diperoleh melalui kepuasan
dalam berhubungan dengan orang lain (aktualisasi). Perilaku yang sesuai
dengan tujuan, perawatan diri yang kompeten sedangkan penyesuaian
diperlukan untuk mempertahankan stabilitas dan integritas struktural.
- Menurut UU N0. 23/1992 tentang
kesehatan. Sehat / kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera dari badan
(jasmani), jiwa (rohani) dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis.
- Menurut Paune (1983). Sehat adalah fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri (self
care Resouces) yang menjamin tindakan untuk perawatan diri ( self care
actions) secara adekuat. Self care Resouces : mencakup pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Self care Actions merupakan perilaku yang sesuai
dengan tujuan diperlukan untuk memperoleh, mempertahankan dan
meningkatkan fungsi psikososial dan spiritual.
Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental
Seperti
juga psikologi yang mempelajari hidup kejiwaan manusia, dan memiliki
usia sejak adanya manusia di dunia, maka masalah kesehatan jiwa itupun
telah ada sejak beribu-ribu tahun yang lalu dalam bentuk pengetahuan
yang sederhana.
Beratus-ratus
tahun yang lalu orang menduga bahwa penyebab penyakit mental adalah
syaitan-syaitan, roh-roh jahat dan dosa-dosa. Oleh karena itu para
penderita penyakit mental dimasukkan dalam penjara-penjara di bawah
tanah atau dihukum dan diikat erat-erat dengan rantai besi yang berat
dan kuat. Namun, lambat laun ada usaha-usaha kemanusiaan yang mengadakan
perbaikan dalam menanggulangi orang-orang yang terganggu mentalnya
ini. Philippe Pinel di Perancis dan William Tuke dari Inggris adalah
salah satu contoh orang yang berjasa dalam mengatasi dan menanggulangi
orang-orang yang terkena penyakit mental. Masa-masa Pinel dan Tuke ini
selanjutnya dikenal dengan masa pra ilmiah karena hanya usaha dan
praksis yang mereka lakukan tanpa adanya teori-teori yang dikemukakan.
Masa
selanjutnya adalah masa ilmiah, dimana tidak hanya praksis yang
dilakukan tetapi berbagai teori mengenai kesehatan mental dikemukakan.
Masa ini berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan alam
di Eropa.
Dorothea
Dix merupakan seorang pionir wanita dalam usaha-usaha kemanusiaan
berasal dari Amerika. Ia berusaha menyembuhkan dan memelihara para
penderita penyakit mental dan orang-orang gila. Sangat banyak jasanya
dalam memperluas dan memperbaiki kondisi dari 32 rumah sakit jiwa di
seluruh negara Amerika bahkan sampai ke Eropa. Atas jasa-jasa besarnya
inilah Dix dapat disebut sebagai tokoh besar pada abad ke-19.
Tokoh
lain yang banyak pula memberikan jasanya pada ranah kesehatan mental
adalah Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Beers pernah sakit mental
dan dirawat selama dua tahun dalam beberapa rumah sakit jiwa. Ia
mengalami sendiri betapa kejam dan kerasnya perlakuan serta cara
penyembuhan atau pengobatan dalam asylum-asylum tersebut. Sering ia
didera dengan pukulan-pukulan dan jotosan-jotosan, dan menerima
hinaan-hinaan yang menyakitkan hati dari perawat-perawat yang kejam. Dan
banyak lagi perlakuan-perlakuan kejam yang tidak berperi kemanusiaan
dialaminya dalam rumah sakit jiwa tersebut. Setelah dirawat selama dua
tahun, beruntung Beers bisa sembuh.
Di dalam bukunya ”A Mind That Found Itself”,
Beers tidak hanya melontarkan tuduhan-tuduhan terhadap
tindakan-tindakan kejam dan tidak berperi kemanusiaan dalam
asylum-asylum tadi, tapi juga menyarankan program-program perbaikan yang
definitif pada cara pemeliharaan dan cara penyembuhannya. Pengalaman
pribadinya itu meyakinkan Beers bahwa penyakit mental itu dapat dicegah
dan pada banyak peristiwa dapat disembuhkan pula. Oleh keyakinan ini ia
kemudian menyusun satu program nasional, yang berisikan:
- Perbaikan dalam metode pemeliharaan dan penyembuhan para penderita mental.
- Kampanye memberikan informasi-informasi agar orang mau bersikap lebih inteligen dan lebih human atau berperikemanusiaan terhadap para penderita penyakit emosi dan mental.
- Memperbanyak riset untuk menyelidiki sebab-musabab timbulnya penyakit mental dan mengembangkan terapi penyembuhannya.
- Memperbesar usaha-usaha edukatif dan penerangan guna mencegah timbulnya penyakit mental dan gangguan-gangguan emosi.
William
James dan Adolf Meyer, para psikolog besar, sangat terkesan oleh uraian
Beers tersebut. Maka akhirnya Adolf Meyer-lah yang menyarankan agar
”Mental Hygiene” dipopulerkan sebagai satu gerakan kemanusiaan yang
baru. Dan pada tahun 1908 terbentuklah organisasi Connectitude Society for Mental Hygiene.
Lalu pada tahun 1909 berdirilah The National Committee for Mental
Hygiene, dimana Beers sendiri duduk di dalamnya hingga akhir hayatnya.
PENDEKATAN KESEHATAN MENTAL
Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang nyata antara
fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi
problem-problem yang biasa terjadi dalam kehidupan pribadi dan
bermasyarakat, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan
dirinya. Fungsi-fungsi jiwa seperti fikiran, perasaan, sikap jiwa,
pandangan dan keyakinan hidup, harus dapat saling membantu dan bekerja
sama satu sama lain, sehingga dapat dikatakan adanya keharmonisan, yang
menjauhkan orang dari perasaan ragu dan bimbang, serta terhindar dari
kegelisahan dan pertentangan (konflik).
Beberapa ahli mengemukakan orientasi umum dan pola-pola wawasan kesehatan mental, yang terbagi menjadi tiga orientasi, yaitu :
Orientasi klasik
Orientasi klasik ini banyak digunakan dalam dunia kedokteran, termasuk psikiatri. Menurut pandangan orientasi klasik, individu yang sehat adalah individu yang tidak mempunyai keluhan tertentu, seperti ketegangan, rasa lelah, cemas, rendah diri, atau perasaan tak berguna, yang semuanya menimbulkan perasaan “sakit” atau “perasaan tak sehat”, serta mengganggu efisiensi dan efektifitas kegiatan sehari-hari. Individu yang sehat adalah individu yang tidak mempunyai keluhan secara fisik dan mental. Sehat fisik merujuk pada tidak adanya keluhan secara fisik, dan sehat mental merujuk pada tidak adanya keluhan secara mental.
Orientasi penyesuaian diri
Pandangan yang digunakan sebagai landasan orientasi penyesuaian diri adalah pendekatan yang menegaskan bahwa manusia pada umumnya adalah makhluk yang sehat secara mental. Dengan pandangan ini penentuan sehat atau sakit mental dilihat sebagai derajat kesehatan mental. Selain itu, berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental dipahami sebagai kondisi kepribadian individu secara utuh. Penentuan derajat kesehatan mental bukan hanya berdasarkan jiwanya tetapi juga berkaitan dengan proses pertumbuhan dan perkembangan individu dalam lingkungannya. Kesehatan mental seseorang sangat erat kaitannya dengan tuntutan-tuntutan masyarakat tempat dimana individu hidup, masalah-masalah hidup yang dialami, peran sosial dan pencapaian-pencapaian sosialnya.
Kesehatan mental merupakan kemampuan individu untuk secara aktif menyesuaikan diri sesuai tuntutan kenyataan di sekitarnya, yang merujuk pada tuntutan yang berasal dari masyarakat yang secara konkret mewujud dalam tuntutan orang-orang yang ada di sekitarnya. Penyesuaian diri ini tidak mengakibatkan perubahan kepribadian, stabilitas diri tetap terjaga, dan tetap memiliki otonomi diri. Individu dapat menerima apa yang ia anggap baik dan menolak apa yang ia anggap buruk berdasarkan pegangan normatif yang ia miliki. Individu yang sehat akan melihat realitas terhadap masalah yang dihadapinya dan bagaimana kondisi dirinya berkaitan dengan masalah itu sebelum menentukan tindakan yang akan diambil. Individu yang sehat memiliki kemampuan memahami realitas internal dan eksternal dirinya. Ia tidak bereaksi secara mekanik atau kompulsif-repetitif tetapi merespons secara realistis dan berorientasi pada masalah.
Orientasi pengembangan potensi
Menurut pandangan ini, kesehatan mental terjadi bila potensi-potensi kreatifitas, rasa humor, rasa tanggung jawab, kecerdasan, kebebasan bersikap dapat berkembang secara optimal sehingga mendatangkan manfaat bagi dirinya sendiri dan lingkungan disekitarnya. Individu dianggap mencapai taraf kesehatan mental, bila ia mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan sehingga dapat dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri.
Individu yang sehat mental adalah individu yang dapat dan mampu mengembangkan dan memanfaatkan potensi yang ada pada dirinya untuk kegiatan yang positif-konstruktif, sehingga dapat meningkatkan kualitas dirinya. Pemanfaatan dan pengembangan potensi ini dapat dipergunakan dalam kegiatan dan kehidupan sehari-hari.
Beberapa ahli mengemukakan orientasi umum dan pola-pola wawasan kesehatan mental, yang terbagi menjadi tiga orientasi, yaitu :
Orientasi klasik
Orientasi klasik ini banyak digunakan dalam dunia kedokteran, termasuk psikiatri. Menurut pandangan orientasi klasik, individu yang sehat adalah individu yang tidak mempunyai keluhan tertentu, seperti ketegangan, rasa lelah, cemas, rendah diri, atau perasaan tak berguna, yang semuanya menimbulkan perasaan “sakit” atau “perasaan tak sehat”, serta mengganggu efisiensi dan efektifitas kegiatan sehari-hari. Individu yang sehat adalah individu yang tidak mempunyai keluhan secara fisik dan mental. Sehat fisik merujuk pada tidak adanya keluhan secara fisik, dan sehat mental merujuk pada tidak adanya keluhan secara mental.
Orientasi penyesuaian diri
Pandangan yang digunakan sebagai landasan orientasi penyesuaian diri adalah pendekatan yang menegaskan bahwa manusia pada umumnya adalah makhluk yang sehat secara mental. Dengan pandangan ini penentuan sehat atau sakit mental dilihat sebagai derajat kesehatan mental. Selain itu, berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental dipahami sebagai kondisi kepribadian individu secara utuh. Penentuan derajat kesehatan mental bukan hanya berdasarkan jiwanya tetapi juga berkaitan dengan proses pertumbuhan dan perkembangan individu dalam lingkungannya. Kesehatan mental seseorang sangat erat kaitannya dengan tuntutan-tuntutan masyarakat tempat dimana individu hidup, masalah-masalah hidup yang dialami, peran sosial dan pencapaian-pencapaian sosialnya.
Kesehatan mental merupakan kemampuan individu untuk secara aktif menyesuaikan diri sesuai tuntutan kenyataan di sekitarnya, yang merujuk pada tuntutan yang berasal dari masyarakat yang secara konkret mewujud dalam tuntutan orang-orang yang ada di sekitarnya. Penyesuaian diri ini tidak mengakibatkan perubahan kepribadian, stabilitas diri tetap terjaga, dan tetap memiliki otonomi diri. Individu dapat menerima apa yang ia anggap baik dan menolak apa yang ia anggap buruk berdasarkan pegangan normatif yang ia miliki. Individu yang sehat akan melihat realitas terhadap masalah yang dihadapinya dan bagaimana kondisi dirinya berkaitan dengan masalah itu sebelum menentukan tindakan yang akan diambil. Individu yang sehat memiliki kemampuan memahami realitas internal dan eksternal dirinya. Ia tidak bereaksi secara mekanik atau kompulsif-repetitif tetapi merespons secara realistis dan berorientasi pada masalah.
Orientasi pengembangan potensi
Menurut pandangan ini, kesehatan mental terjadi bila potensi-potensi kreatifitas, rasa humor, rasa tanggung jawab, kecerdasan, kebebasan bersikap dapat berkembang secara optimal sehingga mendatangkan manfaat bagi dirinya sendiri dan lingkungan disekitarnya. Individu dianggap mencapai taraf kesehatan mental, bila ia mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan sehingga dapat dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri.
Individu yang sehat mental adalah individu yang dapat dan mampu mengembangkan dan memanfaatkan potensi yang ada pada dirinya untuk kegiatan yang positif-konstruktif, sehingga dapat meningkatkan kualitas dirinya. Pemanfaatan dan pengembangan potensi ini dapat dipergunakan dalam kegiatan dan kehidupan sehari-hari.
Sumber :
- http://blogspotsehat.blogspot.com/2012/12/konsep-sehat-dan-dimensinya.html
- http://cardiacku.blogspot.com/2012/06/konsep-sehat.html
- http://informasi-budidaya.blogspot.com/2011/03/sejarah-perkembangan-kesehatan-mental.html
- http://www.konselorsekolah.com/2012/12/kesehatan-mental.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar