Selesai mengerjakan soal kuis gue
langsung mengumpulkannya dan bergegas keluar kelas. Gue langsung menuju kantin
untuk menemui Rei. “Oh iya gue belom ngabarin anak – anak, entar dicariin lagi,
sms aja ah.” kata gue pada diri sendiri. Sewaktu gue keluar kelas, sahabat –
sahabat gue belum pada selesai mengerjakan soal kuis. Kami biasa pulang bersama
atau sekedar nongkrong sehabis pulang kuliah.
From : Airis
To : Adel
To : Adel
Del, gue balik duluan
ya.Gue ada urusan sama si Rei.
*Dret dret*
sms masuk. Balasan langsung dari Adel.
From : Adel
To : Airis
Cepet banget lu ngerjain, gue baru kelar lu
udah keluar kelas aja. Gue masih nungguin si Mita, Nina, Ajeng sama Gina. Emang ada
urusan apa sih? Si Rei itu siapa deh? Cerita dongggg..
From : Airis
to : Adel
to : Adel
Iya gue buru – buru. Sory del ga bisa cerita
sekarang, gue juga masih bingung sama urusan. Entar aja kalo udah jelas gue
baru cerita ke kalian. Rei itu MANTAN gue. Ya udah ya. Salam buat yang lain. Ga
usah bales lagi.
Gue sudah
berada di kantin. Gue pun menyudahi smsan dengan adel dan segera menghampiri
Rei yang sedang terlihat sibuk dengan tabletnya. “Sori ya nunggu lama.” sapa
gue kepada Rei. “Wess cepet banget kuisnya. Iya gapapa kok, gak lama lagi.”
kata Rei kaget dengan kedatangan gue. “Kita jalan keluar aja yuk, jangan
ngobrol disini.” ajak gue. “Ayoo.” jawab Rei.
“saat ku
tertatih tanpa kau di sini,kau tetap ku nanti demi keyakinan ini.” (seluruh
nafas ini – last child feat giselle)
Kami pun
menuju salah satu kafe di bilangan Jakarta. Disitu kami mengobrol biasa
selayaknya teman yang tidak bertemu lama. Tidak ada salah satu dari kami yang
menyinggung masalah 2 tahun lalu. Gue pun berusaha menahan diri untuk tidak
membahasnya dan menahan rasa sakit dari luka yang mulai terbuka lagi.
Setelah
selesai menyantap semua hidangan yang kami pesan, gue pun mulai memberanikan
diri untuk menanyakan pertanyaan yang sedari tadi menyanggal di hati gue. “Lo
ngapain nongol di hidup gue lagi Rei?” tanya gue pelan hampir tak terdengar
dengan tatapan kosong. Rei yang saat itu sedang meminum minumannya tersedak
mendengar pertanyaan gue yang tiba – tiba. “Maaa...ksud loooo Ris?” tanya Rei
terbata – bata. “iya Rei, lo ngapain nongol lagi di hadapan gue? Apa yang lo
mau dari gue? Apa tujuan lo?” tanya gue berusaha tetap tenang dan tersenyum,
padahal saat itu air mata gue bener – bener sudah ingin jatuh tak tertahankan.
Rei pun diam sesaat. “Gue sadar Ris gue salah, gue salah besar. Gue tau gue
udah bener – bener nyakitin lo, gue nyia – nyiain lo ris, orang yang bener –
bener tulus sama gue selama ini, orang yang bener – bener gue butuhin dan
seharusnya selalu berada disamping gue, orang yang seharusnya gue jaga bukan
gue sakitin.” jawab Rei sambil menatap mata gue dalem – dalem. Seketika air
mata gue jatuh. “Gue pulang duluan Rei” kata gue sambil berlalu pergi. “Ris..”
teriak Rei memanggil gue. Gue tak mengacuhkan panggilan itu, gue malah
mempercepat langkah gue sambil menangis.
“kita
telah lewati rasa yang telah mati, bukan hal baru bila kau tinggalkan aku, tanpa
kita mencari jalan untuk kembali, takdir cinta yang menuntunmu kembali padaku” (seluruh
nafas ini – last child feat giselle)
***
Semaleman
gue menangis mengingat semuanya. Ingatan tentang 2 tahun lalu kembali terulang.
Sampai kejadian hari ini terputar bagai sebuah film di pikiran gue dengan
jelas. Gue kembali ke posisi itu. Ke posisi paling terbawah, di tingkat
frustasi tertinggi dan keputusasaan terbesar.
***
Keesokan harinya
gue bercerita semuanya kepada para sahabat gue. Bercerita dengan jelas.
Bercerita tentang kenangan gue 2 tahun lalu sampai yang terjadi di kafe
kemarin. Mereka mendengarkan cerita gue dengan baik. Mereka bagai ikut
merasakan apa yang gue rasakan semuanya. Bahkan mereka ikut meneteskan air mata
ketika gue bener – bener gak kuat dan mulai menangis. Mereka memeluk gue dengan
hangat, membuat gue merasa tidak sendiri. Dukungan demi dukungan mereka berikan
ke gue, perhatian, dan pengertian yang sangat tulus mereka curahkan kepada gue,
sahabat mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar